Tidur Siang Tingkatkan Diabetes
Gizi.net - LONDON -- Tidur siang secara teratur sehabis makan siang bisa meningkatkan resiko terkena diabetes tipe 2. Demikian salah satu temuan penelitian.
Penelitian terhadap 16.480 orang menunjukkan mereka yang tidur siang memiliki kemungkinan 26% lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan yang tidak tidur siang.
Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan penyakit tersebut adalah gangguan terhadap tidur malam dan kaitan antara tidur siang dan penurunan kegiatan fisik.
Namun para peneliti masih akan mengkaji apakah faktor-faktor seperti genetika dan kelebihan berat badan memainkan peran yang lebih penting.
Gangguan terhadap insulin
Tidur siang bisa membuat masa tidur malam menjadi lebih pendek. Gangguan tidur malam diperkirakan berpotensi meningkatkan kemungkinan terkena diabetes tipe 2.
Para peneliti mengatakan bangun dari tidur siang juga mengaktifkan hormon dan mekanisme di dalam tubuh yang mencegah insulin bekerja secara efektif. Hal ini bisa membuat seseorang terkena diabetes tipe 2.
Penyakit ini muncul ketika insulin di dalam tubuh tidak bekerja secara efektif.
"Kita telah tahu bahwa orang-orang yang kelebihan berat badan, yang karena masalah ini memiliki kemungkuinan lebih besar terkena diabetes, bisa mengalami gangguan tidur," kata Dr Iain Frame, direktur penelitian Diabetes UK.
"Penelitian baru bisa menjelaskan kemungkinan kaitan antara pola gangguan tidur dan diabetes tipe 2."
Namun ia menambahkan bahwa sejauh ini diabetes tipe 2 lebih banyak disebabkan oleh faktor kelebihan berat badan, berusia di atas 40 tahun atau memiliki keluarga yang pernah mengalami diabetes.
Diabetes adalah kondisi serius yang bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal dan amputasi. - bbc/ahi
Sumber : http://www.republika.co.id -- Kesehatan - By Republika Newsroom - Rabu, 11 Maret 2009
Perut Buncit Berisiko Terkena Kanker
Gizi.net - JAKARTA--MI: Waspadalah bila perut semakin membuncit. Lembaga kesehatan dunia, WHO menyatakan faktor kegemukan (obesitas) dan kurang aktivitas fisik menyumbangkan 30% resiko terjadinya kanker.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes Tjandra Yoga Aditama berkomentar, ada korelasi kuat antara penyakit kanker dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Kombinasi obesitas dan kurang gerak menjadi pemicu utama terjadinya kanker kerongkongan (oesophagus), ginjal, rahim (endometrium), pankreas, payudara dan usus besar.
Celakanya, lanjut Tjandra, tingkat kegemukan di Indonesia cenderung meningkat grafiknya. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi (rata-rata kejadian) nasional obesitas pada penduduk berusia 15 tahun keatas mencapai 10,3%, dengan prevalensi pada laki-laki 13,9%, sedangkan pada perempuan 23,8%.
Sedangkan prevelensi kegemukan pada anak usia 6-14 tahun berbanding terbalik dengan dewasa. Anak laki-laki gemuk di Indonesia lebih banyak yang gembul dibanding anak putri, dengan prevalensi kegemukan mencapai 9,5% sementara anak perempuan di level 6,4%. Jumlah anak gemuk di Indonesia ini, nyaris setara dengan estimasi WHO sebesar 10% dari total populasi pada anak usia 5-17 tahun di seluruh dunia.
Perubahan gaya hidup tidak sehat, alhasil menjadi pendorong menanjaknya kasus kanker di Tanah air. Depkes, sebut Tjandra kini mengalami beban ganda. Pasalnya, prevalensi kasus penyakit menular belum juga bisa ditekan, disisi lain, kasus penyakit degeneratif yang tidak menular seperti kanker, penyakit kardiovaskular terus menanjak.
"Situasi kesehatan di Indonesia kini mengalami "double burden" (beban ganda),"ungkap Tjandra usai membuka acara sepeda gembira (fun bike) untuk anak usia sekolah, di Jakarta, Minggu (15/2).
Berdasarkan estimasi WHO, saat ini ada 1,6 milliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015 diperkirakan 2,3 milliar orang dewasa bakal mengalami overweight dan 700 juta diantaranya mengalami obesitas.
Sebagai bagian dari pencegahan, Depkes sebut Tjandra terus menggaungkan kampanye keseimbangan antara energi yang masuk dari asupan makanan ke tubuh dan energi yang dilepas. Makin tingginya budaya sedentary (duduk-duduk tanpa melakukan kegiatan fisik) menjadi penyebab utama tingginya obesitas. (Tlc)
Sumber : Media Indonesia Online - Minggu, 15 Maret 2009 11:16 Reporter : Cornelius Eko
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Dari kurang gizi
hingga busung lapar. Lalu bagaimana membedakannya?
Masyarakat terhenyak saat berita mengenai busung lapar yang menimpa anak-anak di
NTB marak mengisi media massa. Silang pendapat antarpejabat pun tak kalah marak.
Ada yang mengomentarinya semata-mata sebagai "kecelakaan", sebagian menyebutnya
"sekadar" kurang gizi, dan sebagian lagi tegas-tegas mengatakannya sebagai
busung lapar.
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi
energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan
protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka
manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan
kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan
busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat.
Apa saja perbedaannya dan bagaimana ciri masing-masing?
KURANG GIZI
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara
berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa
berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat
badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang
biasa menyertainya antara lain:
* Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
* Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
* Maturasi tulang terlambat.
* Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
* Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
MARASMUS
Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski masih anak-anak,
wajahnya terlihat tua, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan
otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan
hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih
cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ada pun ciri-ciri
lainnya adalah:
* Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
* Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
* Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
* Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
* Sering menderita diare atau konstipasi.
* Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin
yang juga lebih rendah dari semestinya.
KWASHIORKOR
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan
anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol.
Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan
biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di
antaranya:* Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium
lanjut anak terlihat sangat pasif.
* Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
* Anemia.
* Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya
produksi laktase dan enzim penting lainnya.
* Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia
(perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit
maupun selaput lendir, Red.), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah
mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya
dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.
* Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar
tubuh, terasa licin dan kenyal.
MARASMIK-KWASHIORKOR
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan
gejala yang menyertai.
* Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala
khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit dan sebagainya.
* Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
* Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik
seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
* Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar
natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
GAGAL TUMBUH
Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang
diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah
bayi/anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak
sebayanya. Untuk mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva
pertumbuhan normal. Tanda-tanda lainnya adalah:
* Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal
* Hilangnya lemak di bawah kulit secara signifikan
* Berkurangnya massa otot
* Dermatitis
* Infeksi berulang
FAKTOR PENYEBAB
Secara umum masalah malnutrisi energi-protein (MEP) disebabkan beberapa faktor.
Yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena
bagaimanapun MEP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Berikut
beberapa faktor penyebabnya:
* Faktor sosial; yang dimaksud di sini adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak balita
yang diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi.
* Kemiskinan; sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan
paling mendasar, yaitu pangan pun seringkali tak bisa terpenuhi.
* Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi
penyebab munculnya penyakit MEP.
* Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi
malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran
berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit.
Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat
dihindari. Misalnya ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat
untuk dapat membeli bahan pangan, serta pentingnya sosialisasi makanan bergizi
bagi balita.
LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya.
Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi.
Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau
setara dengan 100-150 Kkal.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing
penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya
dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan
dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut
terus diperbaiki hingga sembuh.
Marfuah Panji Astuti. Ilustrator: Pugoeh
Narasumber:
Dr. Adi S. Budhipramono, Sp.A.,
dari Siloam Gleneagles Hospital, Lippo Karawaci
(Nakita)
SeiriNg waktu berJalan aku membisu
pada keSunyiaN hati yaNg penuh asa akan Cinta
aku TerdiaM dan bersandar pada RantiNg yaNg raPuh
sambil kupeLuk Rindu
Cinta dan Rindu selalu hadir dalam kepengatan dan KegelisaHan
aKu yaNg mendambakan remBuLan bersandar siPundaKku
sambiL kukatakan ketuLusan ciNta yang Kumiliki
namun kini hanyaLah sepenGgaL impiaN semu dalam PerjaLananku
Ketika aku telah temukan cinta dan hati telah bersemi
namun cinta ini selalu kandas ditepian jalan
luka daN keCewa yang selalu hadir dalam jiwaku tak kala kutemuKan seseoRaNg yag kuciNtai
Haruskah raNtingKu itu selalu paTah tak ada lagi tempat bersandar
akaN CiNta yanG kumiliki, dia selalu menjauh dan menjauh
taK Lagi dapat kuraiH
aku berdiri diatas dawai - dawai yang tak berarti bagi siapapun
Seiring usiaKu berjalan menuju Titik akhir kehidupan
yaNG memiliki ciNta dan Naluri
Hidup akan berakhir namun Cinta tak akan pernah berakhir
Walau terbalut oleh goresan luka
Kini aku hanya pasrah pada HiduP dan kan KU cari terus dan terus KU cari dimanakah ciNta yaNg taK perNah TerLuka.
RaHim
JoGja, 26 DeseMber 2008
Nama : Abd Rahim Raga
TTL : Tanete, 2 Desember 1988
Agama : ISLAM
Alamat skr : Jl. Menjangan 50 C Wirobrajan, Yogyakarta
Alamat asal : Jl. Dg. Mattutu No. 98 Tanete, Desa Awota, Kec.Keera Kab.Wajo SUL-SEL
Hobbi : Organisasi, Olahraga, Membaca, Menulis terutama Puisi, Jl2, dll
Cita - cita : Menteri Pertanian
Organisasi : KEPMAWA Yogyakarta _ Jabatan : Ketua Periode 2009 - 2010
Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan UMB_ Jabatan : Ketua 2008 - 2009
IKAMI SUL-SEL Cab.Jogja _ Jabatan : Koord. Depart Seni & Budaya 2008 - 2010
KAMMI komsat UMBY _ kader 2007
HMI komsat UMBY _ kader 2008
Prinsip : HiDuP yaNg tiDak Teruji adaLah taNpa Makna ( Sokretes )
Pendidikan : Program Studi Teknologi Pangan Univ.Mercu Buana Yogyakarta
Nama ORTUku
Ayah : Raga. M
Ibu : Jumati
Status dalam Keluarga : aNak Pertama ari 4 Bersaudara
Adik I : Indo Sakka Raga ( SMA kelas 2 )
Adik II : Sri Rahayu Raga ( SMP kelas 3 )
Adik III : Syaiful Rahmat Raga ( SD kelas 2 )
terSENYUM adalah sikap paling bijak menikmati,merasakan,menjalani, menhadapi serta menaklukkan dunia ini.
Aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Penghasilan ORTU tidak menentu setiap bulannya, karena ORTU seorang Petani. Akan tetapi Prioritas Pendidikan No.1 yang membuat kami 4 bersaudara berkomitmen untuk terus melanjutkan studi ke Jenjang paling terakhir. Orang Tuaku Laki-laki tidak pernah sekolah tapi pintar baca,hitung dan lain sebagainya, sedangkan ibu hanya lulus SMA. Makanya kami anak-naknya dimotivasi untuk terus melanjutkan study walaupun dengan keterbatasan yang mereka miliki termasuk dalam hal dana.
Prinsip OraNg Tuaku yang Terus memOtivasi kami untuk terus sekolah adalah Bahwa Kami anaK-anaKnya masig-masing Punya Rezeki sendiri.
Satu hal yang membuatku bangga kepada OraNg Tuaku adalah Rasa Cinta, Kasih dan Sayangnya kepadaku yang sangat tinggi dan itulah yang menjadi Motivasi bagiku yang sangat Luar biasa. AKU INGIN BERHASIL. Untukmu Orang Tuaku TERCINTA. Bismillahi Rahmani Rahim. Luruskan Tiap Langkahku Ya Allah.